BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Filsafat merupakan induk dari segala
ilmu pengetahuan yang mencakup semua ilmu-ilmu khusus. Akan tetapi, dalam
perkembangan selanjutnya ilmu-ilmu khusus itu satu demi satu memisahkan diri
dari induknya, yaitu filsafat. Diawali oleh matematika dan fisika yang
melepaskan diri, kemudian diikuti oleh ilmu-ilmu lainnya. Pada akhir-akhir ini,
psikologi melepaskan diri dari filsafat.
Setelah
filsafat dipisahkan oleh ilmu-ilmu khusus, ternyata filsafat tidak mati. Akan
tetapi, hidup dengan corak baru sebagai ilmu istimewa yang memecahkan berbagai
macam masalah yang tidak terpecahkan oleh ilmu-ilmu khusus.
1.2 Rumusan
Masalah
·
Bagaimana
sistematika berfilsafat ?
·
Apa sajakah
yang masih merupakan bagian dari filsafat dalam coraknya yang baru ini ?
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Sistematika
Filsafat
A.
Ontologi
Ontologi
berasal dari bahasa yunani yaitu onto yang artinya hakikat atau ada,
sedangkan logos adalah teori. Jadi, ontologi adalah teori yang
membicarakan tentang hakikat (ada). Dalam kaitannya dengan ilmu, landasan ontologi
yaitu mempertanyakan tentang objek yang ditelaah oleh ilmu, bagaimana wujud
hakikinya, serta bagaimana hubungannya dengan daya tangkap manusia yang berupa
berpikir, merasa, dan meng-indera yang membuahkan pengetahuan. Objek telaah ontologi
tersebut adalah yang membahas tentang yang ada secara universal, yaitu berusaha
mencari inti yang dimuat setiap kenyataan yang meliputi segala realitas dalam
semua bentuknya. Adanya segala sesuatu merupakan suatu segi dari kenyataan yang
mengatasi semua perbedaan antara benda-benda dan mahluk hidup, antara
jenis-jenis dan individu-individu.
Dari
pembahasannya memunculkan beberapa pandangan yang dikelompokkan dalam beberapa
aliran berpikir, yaitu :
1.
Materialisme
Aliran
ini mengatakan bahwa, hakikat dari segala sesuatu yang ada, itu adalah materi.
Suatu yang ada (yaitu materi) hanya mungkin lahir dari yang ada.
2.
Idealisme
(spiritualisme)
Aliran
ini mengatakan bahwa, hakikat pengada (kenyataan) itu justru rohani
(spiritual). Rohani adalah dunia ide yang lebih hakiki dibanding materi. Aliran
ini menjadi jawaban atas kelemahan dari materialisme.
3.
Dualisme
Aliran
ini mempersatukan antara materi dan ide. Aliran ini berpendapat bahwa hakikat
pengada (kenyataan) dalam alam semesta ini terdiri dari dua sumber, yaitu
materi dan rohani.
4.
Agnotitisme
Aliran
ini adalah pendapat dari filsuf yang mengambil sikap skeptis, yaitu sikap ragu
atas setiap jawaban yang mungkin benar dan yang mungkin pula tidak.
B.
Epistemologi
Epistemologi juga berasal dari bahasa yunani yaitu episte
yang artinya pengetahuan, sedangkan logos adalah teori. Jadi, epistemologi adalah teori tentang pengetahuan. Objek telaah
epistemologi adalah mempertanyakan
bagaimana sesuatu itu datang dan bagaimana mengetahuinya, bagaimana
membedakannya dengan yang lain. Jadi, bisa dibilang, epistemologi adalah yang merumuskan atau membuktikan
kebenaran yang sudah didapat dari kajian ontologi. Sedangkan landasan dari epistemologi
adalah proses apa yang memungkinkan
mendapatkan pengetahuan logika, etika, estetika, bagaimana cara dan prosedur
memperoleh kebenaran ilmiah, kebaikan moral, dan keindahan seni, serta apa
definisinya.
Dalam epistemologi
muncul beberapa aliran berpikir, yaitu :
1.
Empirisme,
yang berarti pengalaman (emperia), dimana pengetahuan manusia diperoleh dari
pengalaman inderawi.
2.
Rasionalisme,
tanpa menolak besarnya manfaat pengalaman indera dalam kehidupan manusia, namun
persepsi inderawi hanya digunakan untuk merangsang kerja akal. Jadi, disinilah
akal berada diatas pengalaman inderawi.
3.
Positivisme,
merupakan sintesis dari empirisme dan rasionalisme. Dengan mengambil titik
tolak dari empirisme, namun harus dipertajam dengan eksperimen, yang mampu
secara objektif menentukan validitas dan reabilitas pengetahuan.
4.
Intuisionisme,
intuisi tidak sama dengan perasaan, namun merupakan hasil evolusi pemahaman
yang tinggi yang hanya dimiliki manusia. Kemampuan ini yang dapat memahami
kebenaran yang utuh, yang tetap dan unik.
C.
Aksiologi
Aksiologi juga
berasal dari bahasa Yunani, yaitu aksi yang artinya nilai, sedangkan
logos adalah teori. Jadi, aksiologi adalah teori tentang nilai. Aspek nilai ini
ada kaitannya dengan kategori :
1.
baik
dan buruk
2.
indah
dan jelek
Kategori nilai yang nomor satu dibawah kajian filsafat tingkah laku
atau disebut etika. Sedangkan kategori nilai yang nomor dua merupakan objek
kajian filsafat keindahan atau estetika.
A.
Etika
Etika disebut juga filsafat moral (moral philosophy),
yang berasal dari kata ethos (Yunani) yang berarti watak. Moral berasal dari
kata mos atau mores (Latin) yang artinya kebiasaan. Dalam bahasa Indonesia
istilah moral atau etika diartikan kesusilaan. Objek material etika adalah
tingkah laku atau perbuatan manusia, sedang objek formal etika adalah kebaikan
atau keburukan, bermoral atau tidak bermoral.
Moralitas manusia adalah objek kajian etika yang telah berusia sangat lama. Sejak masyarakat manusia terbentuk, persoalan perilaku yang sesuai dengan moralitas telah menjadi bahasan. Berkaitan dengan hal itu, kemudian muncul dua teori yang menjelaskan bagaimana suatu perilaku itu dapat diukur secara etis. Teori yang dimaksud adalah deontologis dan teologis.
Moralitas manusia adalah objek kajian etika yang telah berusia sangat lama. Sejak masyarakat manusia terbentuk, persoalan perilaku yang sesuai dengan moralitas telah menjadi bahasan. Berkaitan dengan hal itu, kemudian muncul dua teori yang menjelaskan bagaimana suatu perilaku itu dapat diukur secara etis. Teori yang dimaksud adalah deontologis dan teologis.
·
Deontologis
Teori Deontologis diilhami oleh pemikiran Immanuel
Kant, yang terkesan kaku, konservatif dan melestarikan status quo, yaitu
menyatakan bahwa baik buruknya suatu perilaku dinilai dari sudut tindakan itu
sendiri, dan bukan akibatnya. Suatu perilaku baik apabila perilaku itu sesuai
norma-norma yang ada.
·
Teologis
Teori teologis lebih menekankan pada unsur hasil. Suatu
perilaku baik jika buah dari perilaku itu lebih banyak untung daripada ruginya,
dimana untung dan rugi ini dilihat dari indikator kepentingan manusia. Teori
ini memunculkan dua pandangan, yaitu egoisme dan utilitarianisme (utilisme).
Tokoh yang mengajarkan adalah Jeremy Bentham (1742 – 1832), yang kemudian
diperbaiki oleh john Stuart Mill (1806 – 1873).
B.
Estetika
Estetika disebut juga dengan filsafat keindahan
(philosophy of beauty), yang berasal dari kata aisthetika atau aisthesis
(Yunani) yang artinya hal-hal yang dapat diserap dengan indera atau serapan
indera. Estetika membahas hal yang berkaitan dengan refleksi kritis terhadap
nilai-nilai atas sesuatu yang disebut indah atau tidak indah.
Dalam perjalanan filsafat dari era Yunani kuno hingga
sekarang muncul persoalan tentang estetika, yaitu: pertanyaan apa keindahan
itu, keindahan yang bersifat objektif dan subjektif, ukuran keindahan, peranan
keindahan dalam kehidupan manusia dan hubungan keindahan dengan kebenaran.
Sehingga dari pertanyaan itu menjadi polemik menarik terutama jika dikaitkan
dengan agama dan nilai-nilai kesusilaan, kepatutan, dan hukum.
1.2 Cabang-cabang Filsafat
Para filsuf biasanya mempunyai
pembagian yang berbeda-beda. Berikut ini adalah beberapa cabang-cabang filsafat
yang telah dibagi oleh para filsuf :
A.
H. De Vos menggolongkan filsafat sebagai
berikut:
Ø
Metafisika
Ø
Logika
Ø
Ajaran tentang ilmu pengetahuan
Ø
Filsafat alam
Ø
Filsafat sejarah
Ø
Etika
Ø
Estetika, dan
Ø
Antropologi
B.
Prof. Albuerey Castell membagi masalah-masalah
filsafat menjadi enam bagian, yaitu:
v
Masalah teologis
v
Masalah metafisika
v
Masalah epistemologi
v
Masalah etika
v
Masalah politik, dan
v
Masalah sejarah
C.
Dr. Richard H. Popkin dan Dr Avrum Astroll
dalam buku mereka, Philosophy Made Simple, membagi pembahasan mereka ke dalam
tujuh bagian, yaitu:
ü
Section I Ethics
ü Section II
Political Philosophy
ü Section III
Metaphysics
ü Section IV
Philosophy of Religion
ü Section V
Theory of Knowledge
ü Section VI
Logics
ü Section VII
Contemporary Philosophy,
D.
Dr. M. J. Langeveld mengatakan : Filsafat
adalah ilmu Kesatuan yang terdiri atas tiga lingkungan masalah :
§ Lingkungan masalah
keadaan (metafisika manusia, alam dan seterusnya)
§ Lingkungan masalah
pengetahuan (teori kebenaran, teori pengetahuan, logika)
§ Lingkungan masalah
nilai (teori nilai etika, estetika yangb ernilai berdasarkan religi)
E.
Aristoteles, murid Plato, mengadakan pembagian
secara kongkret dan sistematis menjadi empat cabang, yaitu :
·
Logika. Ilmu ini dianggap sebagai ilmu
pendahuluan bagi filsafat
·
Filsafat teoritis. Cabang ini mencakup :
a.
Ilmu fisika yang mempersoalkan dunia materi
dari alam nyata ini
b.
Ilmu matematika yang mempersoalkan hakikat
segala sesuatu dalam kuantitasnya
c.
Ilmu metafisika yang mempersoalkan hakikat
segala sesuatu. Inilah yang paling utama dari filsafat
·
Filsafat praktis. Cabang ini mencakup :
a. Ilmu etika.
yang mengatur kesusilaan dan kebahagiaan dalam hidup perseorangan
b. Ilmu ekonomi,
yang mengatur kesusilaan dan kemakmuran di dalam Negara
·
Filsafat poetika (Kesenian)
Pembagian Aristoteles ini merupakan permulaan
yang baik sekali bagi perkembangan pelajaran filsafat sebagai suatu ilmu yang
dapat dipelajari secara teratur. Ajaran Aristoteles sendiri, terutama ilmu
logika, hingga sekarang masih menjadi contoh-contoh filsafat klasik yang
dikagumi dan dipergunakan.
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat
disimpulkan bahwa :
1.
Konsep sistematika filsafat menempuh tiga tahap, yaitu
:
a.
Ontologi
b.
Epistemologi, dan
c.
Aksiologi.
2.
Filsafat dalam coraknya yang baru ini mempunyai
beberapa cabang, yakni :
a.
Metafisika
b.
Logika
c.
Etika
d.
Estetika
e.
Epistemologi,dan
f.
Filsafat-filsafat khusu lainnya.
3. Metafisika:
filsafat tentang hakikat yang ada di balik fisika, hakikat yang bersifat
transenden, di luar jangkauan pengalaman manusia.
4. Logika:
filsafat tentang pikiran yang benar dan yang salah.
5. Etika:
filsafat tentang perilaku yang baik dan yang buruk.
6. Estetika:
filsafat tentang kreasi yang indah dan yang jelek.
7. Epistomologi:
filsafat tentang ilmu pengetahuan.
8.
Filsafat-filsafat
khusus lainnya: filsafat agama, filsafat manusia, filsafat hukum, filsafat
sejarah, filsafat alam, filsafat pendidikan, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar