Senin, 30 Januari 2012

Makalah Sistematika dan Cabang-cabang Filsafat

oleh : Moh. Mukhlas Hadi


BAB I

PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang
            Filsafat merupakan induk dari segala ilmu pengetahuan yang mencakup semua ilmu-ilmu khusus. Akan tetapi, dalam perkembangan selanjutnya ilmu-ilmu khusus itu satu demi satu memisahkan diri dari induknya, yaitu filsafat. Diawali oleh matematika dan fisika yang melepaskan diri, kemudian diikuti oleh ilmu-ilmu lainnya. Pada akhir-akhir ini, psikologi melepaskan diri dari filsafat.
            Setelah filsafat dipisahkan oleh ilmu-ilmu khusus, ternyata filsafat tidak mati. Akan tetapi, hidup dengan corak baru sebagai ilmu istimewa yang memecahkan berbagai macam masalah yang tidak terpecahkan oleh ilmu-ilmu khusus.
Jadi, tidak mustahil apabila banyak dari para ilmuan berasal dari para pemikir filasafat. Tidak hanya para ilmuan yang non muslim, akan tetapi banyak pula yang berasal dari kalangan muslim. Sehingga menjadikan luasnya pembahasan ilmu filsafat. Karena sangat luasnya pembahasan dari filsafat, maka banyak sekali dari orang-orang yang merasa sangat sulit untuk mempelajarinya. Dari mana hendak memulainya, bagaimana cara membahasnya agar orang-orang yang mempelajarinya segera dapat mengetahuinya. Dari sinilah makalah ini dibuat untuk mempermudah memulai belajar filsafat.

1.2       Rumusan Masalah
·         Bagaimana sistematika berfilsafat ?
·         Apa sajakah yang masih merupakan bagian dari filsafat dalam coraknya yang baru ini ?
BAB II

PEMBAHASAN
1.1       Sistematika Filsafat
A.    Ontologi
Ontologi berasal dari bahasa yunani yaitu onto yang artinya hakikat atau ada, sedangkan logos adalah teori. Jadi, ontologi adalah teori yang membicarakan tentang hakikat (ada). Dalam kaitannya dengan ilmu, landasan ontologi yaitu mempertanyakan tentang objek yang ditelaah oleh ilmu, bagaimana wujud hakikinya, serta bagaimana hubungannya dengan daya tangkap manusia yang berupa berpikir, merasa, dan meng-indera yang membuahkan pengetahuan. Objek telaah ontologi tersebut adalah yang membahas tentang yang ada secara universal, yaitu berusaha mencari inti yang dimuat setiap kenyataan yang meliputi segala realitas dalam semua bentuknya. Adanya segala sesuatu merupakan suatu segi dari kenyataan yang mengatasi semua perbedaan antara benda-benda dan mahluk hidup, antara jenis-jenis dan individu-individu.
Dari pembahasannya memunculkan beberapa pandangan yang dikelompokkan dalam beberapa aliran berpikir, yaitu :
1.      Materialisme
Aliran ini mengatakan bahwa, hakikat dari segala sesuatu yang ada, itu adalah materi. Suatu yang ada (yaitu materi) hanya mungkin lahir dari yang ada.
2.      Idealisme (spiritualisme)
Aliran ini mengatakan bahwa, hakikat pengada (kenyataan) itu justru rohani (spiritual). Rohani adalah dunia ide yang lebih hakiki dibanding materi. Aliran ini menjadi jawaban atas kelemahan dari materialisme.
3.      Dualisme
Aliran ini mempersatukan antara materi dan ide. Aliran ini berpendapat bahwa hakikat pengada (kenyataan) dalam alam semesta ini terdiri dari dua sumber, yaitu materi dan rohani.
4.      Agnotitisme
Aliran ini adalah pendapat dari filsuf yang mengambil sikap skeptis, yaitu sikap ragu atas setiap jawaban yang mungkin benar dan yang mungkin pula tidak.

B.     Epistemologi  
Epistemologi  juga berasal dari bahasa yunani yaitu episte yang artinya pengetahuan, sedangkan logos adalah teori. Jadi, epistemologi  adalah teori tentang pengetahuan. Objek telaah epistemologi  adalah mempertanyakan bagaimana sesuatu itu datang dan bagaimana mengetahuinya, bagaimana membedakannya dengan yang lain. Jadi, bisa dibilang, epistemologi  adalah yang merumuskan atau membuktikan kebenaran yang sudah didapat dari kajian ontologi. Sedangkan landasan dari epistemologi  adalah proses apa yang memungkinkan mendapatkan pengetahuan logika, etika, estetika, bagaimana cara dan prosedur memperoleh kebenaran ilmiah, kebaikan moral, dan keindahan seni, serta apa definisinya.
Dalam epistemologi  muncul beberapa aliran berpikir, yaitu :
1.      Empirisme, yang berarti pengalaman (emperia), dimana pengetahuan manusia diperoleh dari pengalaman inderawi.
2.      Rasionalisme, tanpa menolak besarnya manfaat pengalaman indera dalam kehidupan manusia, namun persepsi inderawi hanya digunakan untuk merangsang kerja akal. Jadi, disinilah akal berada diatas pengalaman inderawi.
3.      Positivisme, merupakan sintesis dari empirisme dan rasionalisme. Dengan mengambil titik tolak dari empirisme, namun harus dipertajam dengan eksperimen, yang mampu secara objektif menentukan validitas dan reabilitas pengetahuan.
4.      Intuisionisme, intuisi tidak sama dengan perasaan, namun merupakan hasil evolusi pemahaman yang tinggi yang hanya dimiliki manusia. Kemampuan ini yang dapat memahami kebenaran yang utuh, yang tetap dan unik.

C.     Aksiologi
Aksiologi juga berasal dari bahasa Yunani, yaitu aksi yang artinya nilai, sedangkan logos adalah teori. Jadi, aksiologi adalah teori tentang nilai. Aspek nilai ini ada kaitannya dengan kategori :
1.      baik dan buruk
2.      indah dan jelek
Kategori nilai yang nomor satu dibawah kajian filsafat tingkah laku atau disebut etika. Sedangkan kategori nilai yang nomor dua merupakan objek kajian filsafat keindahan atau estetika.
A.    Etika
Etika disebut juga filsafat moral (moral philosophy), yang berasal dari kata ethos (Yunani) yang berarti watak. Moral berasal dari kata mos atau mores (Latin) yang artinya kebiasaan. Dalam bahasa Indonesia istilah moral atau etika diartikan kesusilaan. Objek material etika adalah tingkah laku atau perbuatan manusia, sedang objek formal etika adalah kebaikan atau keburukan, bermoral atau tidak bermoral.
Moralitas manusia adalah objek kajian etika yang telah berusia sangat lama. Sejak masyarakat manusia terbentuk, persoalan perilaku yang sesuai dengan moralitas telah menjadi bahasan. Berkaitan dengan hal itu, kemudian muncul dua teori yang menjelaskan bagaimana suatu perilaku itu dapat diukur secara etis. Teori yang dimaksud adalah deontologis dan teologis.
·         Deontologis
Teori Deontologis diilhami oleh pemikiran Immanuel Kant, yang terkesan kaku, konservatif dan melestarikan status quo, yaitu menyatakan bahwa baik buruknya suatu perilaku dinilai dari sudut tindakan itu sendiri, dan bukan akibatnya. Suatu perilaku baik apabila perilaku itu sesuai norma-norma yang ada.
·         Teologis
Teori teologis lebih menekankan pada unsur hasil. Suatu perilaku baik jika buah dari perilaku itu lebih banyak untung daripada ruginya, dimana untung dan rugi ini dilihat dari indikator kepentingan manusia. Teori ini memunculkan dua pandangan, yaitu egoisme dan utilitarianisme (utilisme). Tokoh yang mengajarkan adalah Jeremy Bentham (1742 – 1832), yang kemudian diperbaiki oleh john Stuart Mill (1806 – 1873).
B.     Estetika
Estetika disebut juga dengan filsafat keindahan (philosophy of beauty), yang berasal dari kata aisthetika atau aisthesis (Yunani) yang artinya hal-hal yang dapat diserap dengan indera atau serapan indera. Estetika membahas hal yang berkaitan dengan refleksi kritis terhadap nilai-nilai atas sesuatu yang disebut indah atau tidak indah.
Dalam perjalanan filsafat dari era Yunani kuno hingga sekarang muncul persoalan tentang estetika, yaitu: pertanyaan apa keindahan itu, keindahan yang bersifat objektif dan subjektif, ukuran keindahan, peranan keindahan dalam kehidupan manusia dan hubungan keindahan dengan kebenaran. Sehingga dari pertanyaan itu menjadi polemik menarik terutama jika dikaitkan dengan agama dan nilai-nilai kesusilaan, kepatutan, dan hukum.

1.2       Cabang-cabang Filsafat
            Para filsuf biasanya mempunyai pembagian yang berbeda-beda. Berikut ini adalah beberapa cabang-cabang filsafat yang telah dibagi oleh para filsuf :
A.    H. De Vos menggolongkan filsafat sebagai berikut:
Ø  Metafisika
Ø  Logika
Ø  Ajaran tentang ilmu pengetahuan
Ø  Filsafat alam
Ø  Filsafat sejarah
Ø  Etika
Ø  Estetika, dan 
Ø  Antropologi
B.     Prof. Albuerey Castell membagi masalah-masalah filsafat menjadi enam bagian, yaitu:
v  Masalah teologis
v  Masalah metafisika
v  Masalah epistemologi  
v  Masalah etika
v  Masalah politik, dan
v  Masalah sejarah
C.     Dr. Richard H. Popkin dan Dr Avrum Astroll dalam buku mereka, Philosophy Made Simple, membagi pembahasan mereka ke dalam tujuh bagian, yaitu:
ü  Section I Ethics
ü  Section II Political Philosophy
ü  Section III Metaphysics
ü  Section IV Philosophy of Religion
ü  Section V Theory of Knowledge
ü  Section VI Logics
ü  Section VII Contemporary Philosophy,
D.    Dr. M. J. Langeveld mengatakan : Filsafat adalah ilmu Kesatuan yang terdiri atas tiga lingkungan masalah :
§  Lingkungan masalah keadaan (metafisika manusia, alam dan seterusnya)
§  Lingkungan masalah pengetahuan (teori kebenaran, teori pengetahuan, logika)
§  Lingkungan masalah nilai (teori nilai etika, estetika yangb ernilai berdasarkan religi)
E.     Aristoteles, murid Plato, mengadakan pembagian secara kongkret dan sistematis menjadi empat cabang, yaitu :
·         Logika. Ilmu ini dianggap sebagai ilmu pendahuluan bagi filsafat
·         Filsafat teoritis. Cabang ini mencakup :
a.       Ilmu fisika yang mempersoalkan dunia materi dari alam nyata ini
b.      Ilmu matematika yang mempersoalkan hakikat segala sesuatu dalam kuantitasnya
c.       Ilmu metafisika yang mempersoalkan hakikat segala sesuatu. Inilah yang paling utama dari filsafat
·         Filsafat praktis. Cabang ini mencakup :
a.       Ilmu etika. yang mengatur kesusilaan dan kebahagiaan dalam hidup perseorangan
b.      Ilmu ekonomi, yang mengatur kesusilaan dan kemakmuran di dalam Negara
·         Filsafat poetika (Kesenian)
Pembagian Aristoteles ini merupakan permulaan yang baik sekali bagi perkembangan pelajaran filsafat sebagai suatu ilmu yang dapat dipelajari secara teratur. Ajaran Aristoteles sendiri, terutama ilmu logika, hingga sekarang masih menjadi contoh-contoh filsafat klasik yang dikagumi dan dipergunakan.



BAB III

KESIMPULAN
            Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa :
1.      Konsep sistematika filsafat menempuh tiga tahap, yaitu :
a.       Ontologi
b.      Epistemologi, dan
c.       Aksiologi.
2.      Filsafat dalam coraknya yang baru ini mempunyai beberapa cabang, yakni :
a.       Metafisika
b.      Logika
c.       Etika
d.      Estetika
e.       Epistemologi,dan
f.       Filsafat-filsafat khusu lainnya.
3.      Metafisika: filsafat tentang hakikat yang ada di balik fisika, hakikat yang bersifat transenden, di luar jangkauan pengalaman manusia.
4.      Logika: filsafat tentang pikiran yang benar dan yang salah.
5.      Etika: filsafat tentang perilaku yang baik dan yang buruk.
6.      Estetika: filsafat tentang kreasi yang indah dan yang jelek.
7.      Epistomologi: filsafat tentang ilmu pengetahuan.
8.      Filsafat-filsafat khusus lainnya: filsafat agama, filsafat manusia, filsafat hukum, filsafat sejarah, filsafat alam, filsafat pendidikan, dan    sebagainya.



DAFTAR PUSTAKA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar