Minggu, 29 Januari 2012

Makalah Al-Qur'an surah al-Lahab

Oleh : Moh. Mukhlas Hadi 

BAB I

PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang
            Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Didalamnya terdapat banyak sekali ilmu-ilmu yang harus kita pelajari. Mulai dari cara bacanya, terjemahnya, sampai penafsirannya. Akan tetapi, dari banyaknya umat islam, banyak pula yang tidak mengetahui asbabun nuzulnya, penafsirannya, serta hikmah-hikmah yang dapat diperoleh dari Al-Qur’an.
           
Oleh sebab itulah, kami menyusun makalah ini agar mayoritas umat islam mengetahui akan betapa luasnya isi kandungan Al-Qur’an pada umumnya, dan surat Al-Lahab pada khususnya..

1.2    Rumusan Masalah
  • Bagaimana sebab musababnya surat Al-Lahab diturunkan ?
  • Bagaimana penafsiran dari ayat-ayat yang ada didalam surat Al-Lahab ?
  • Bagaimana faedah dari ayat-ayat yang ada didalam surat Al-Lahab ?
  • Bagaimana isi kandungan  surat Al-Lahab ?
  • Bagaimana hokum bacaan surat Al-Lahab ?



BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Asbabun Nuzul Surat Al-Lahab
Suatu hari, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam naik ke bukit Shafa. Beliau naik sampai kepuncaknya, kemudian berseru, “Ya shabahah!” (kalimat peringatan yang biasa mereka gunakan untuk mengabarkan akan adanya serangan musuh atau terjadinya peristiwa yang besar). Kemudian beliau mulai memanggil kabilah-kabilah cabang dari kabilah Quraisy dan menyebut mereka kabilah per-kabilah, Wahai bani Fihr, wahai Bani Fulan, wahai Bani Fulan, wahai Bani Abdu Manaf, wahai Bani Abdul Muththalib!” ketika mendengar panggilan tersebut, mereka bertanya, siapa yang berteriak-teriak itu? Mereka mengatakan, “Muhammad”. Maka orang-orang pun bergegas menuju beliau, sampai-sampai seseorang yang tidak bisa datang sendiri mengirim utusan untuk melihat apa yang sedang terjadi.
Ketika mereka telah berkumpul, beliaupun berbicara : “Apa pendapat kalian seandainya aku beritahukan kepada kalian bahwa ada pasukan berkuda di lembah bukit ini yang akan menyerang kalian, apakah kalian mempercayaiku?”. Mereka menjawab : “Ya, kami tidak pernah menyaksikan engkau melainkan selalu bersikap jujur.” Beliaupun berkata: “Sesungguhnya aku adalah seorang pemberi peringatan kepada kalian dari siksa yang pedih. Permisalanku dengan kalian hanyalah seperti seseorang yang melihat pasukan musuh kemudian bergegas untuk mengawasi keluarganya (mengamati dan melihat mereka dari tempat tinggi agar mereka tidak didatangi musuh secara tiba-tiba) karena ia khawatir musuh akan mendahuluinya, maka ia pun berseru, “Ya, shabahah.”
Kemudian beliau shalallahu ‘alaihi wasallam mengajak untuk bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar kecuali Allah dan bahwasannya Muhammad adalah utusan Allah. Lalu beliau menjelaskan kepada mereka bahwa kalimat syahadat merupakan kekuatan dunia dan keselamatan akhirat.
Kemudian beliau shalallahu ‘alaihi wasallam memperingatkan mereka agar waspada dari siksa Allah. Dijelaskan pula bahwa keberadaan beliau sebagai rasul tidak bisa menyelamatkan mereka dari siksa dan menolong mereka sedikitpun dari keputusan Allah. Beliau memberi peringatan tersebut secara umum dan khusus. Beliau mengatakan: “Wahai orang-orang Quraisy, korbankanlah diri-diri kalian karena Allah! Selamatkanlah diri-diri kalian dari api neraka! Sesungguhnya aku tidak bisa memberikan mudharat kepada kalian dan tidak pula manfaat, serta aku tidak bisa menolong kalian sedikitpun dari keputusan Allah! Wahai Bani Ka’ab bin Luay, selamatkan diri-diri kalian dari api neraka! Sesungguhnya aku tidak bisa memberi mudharat dan tidak pula manfaat! Wahai Bani Ka’ab bin Murrah, selamatkan diri-diri kalian dari api neraka! Wahai Bani Qushay, selamatkan diri-diri kalian dari api neraka! Sesungguhnya aku tidak bisa memberikan mudharat dan tidak pula manfaat! Wahai bani ‘Abdu Syams, selamatkanlah diri-diri kalian dari api neraka! Wahai bani Abdu Manaf, selamatkan diri-diri kalian dari api neraka! Sesungguhnya aku tidak bisa memberikan mudharat dan tidak pula manfaat! Wahai bani Hasyim, selamatkan diri-diri kalian dari api neraka! Wahai bani ‘Abdul Muthalib, selamatkan diri-diri kalian dari api neraka! Sesungguhnya aku tidak bisa memberikan mudharat dan tidak pula manfaat, serta aku tidak bisa menolong kalian sedikitpun dari keputusan Allah! Mintalah kepadaku dari hartaku sebanyak yang kalian suka, namun aku tidak bisa menolong kalian sedikitpun dari keputusan Allah! Wahai ‘Abbas bin ‘Abdul Muthalib, aku tidak bisa menolongmu sedikitpun dari keputusan Allah! Wahai Shafiyyah bintu ‘Abdil Muththalib (bibi Rasulullah), aku tidak bisa menolongmu sedikitpun dari keputusan Allah! Wahai Fatimah bintu Muhammad Rasulullah mintalah kepadaku dari hartaku sebanyak apa yang engkau mau, selamatkan dirimu dari api neraka, aku tidak bisa menolongmu sedikitpun dari keputusan Allah! Karena kalian memiliki hubungan silaturahmi maka akan aku basahi dengan airnya (maksudnya akan aku sambung hubungan silaturahmi tersebut sesuai haknya).Setelah selesai beliau menyampaikan peringatan tersebut, orang-orangpun bubar dan bertebaran. Tidak disebutkan keadaan bahwa mereka menampakkan suatu penentangan ataupun dukungan atas apa yang telah mereka dengar, kecuali apa yang terjadi pada Abu Lahab. Ia menemui Nabi dengan nada yang kasar. Ia berkata, “Celakalah engkau selama-lamanya! Cuma untuk inikah kamu kumpulkan kami?” Maka turunlah ayat (artinya): “Telah celaka kedua tangan Abu Lahab dan diapun celaka.” (Al-Lahab:1)




2.2 Tafsiran Surat Al-Lahab
Allah swt berfirman :
تَّبَّتْ يَدَا أَبِيْ لَهْبٍ وَتَبَّ) ۱( مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَب۲( سَيَصْلَى نَاراً ذَاتَ لَهَبٍ۳( وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ) ٤(       فِيْ جِيْدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدَ) ٥(
Artinya :
Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa” (Al-lahab : 1 )
Tidaklah berfaedah (berguna) kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan” (Al-lahab : 2 )
Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak” (Al-lahab : 3 )
Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar” (Al-lahab : 4 )
Yang dilehernya ada tali dari sabut” (Al-lahab : 5 )

Dalam surat ini terdapat bukti-bukti yang sangat banyak dan jelas bahwa Rasululloh SAW di atas kebenaran. Beliau tidak mengajak demi mendapatkan kekuasaan, kehormatan dan jabatan di kalangan kaumnya. Dalam mensikapi Rasulullah SAW, para paman beliau terbagi menjadi tiga kelompok :
a.       kelompok yang beriman,berjihad bersama beliau  dan tunduk kepada Allah SWT.
b.      kelompok yang  dan menolong beliau, namun tetap kafir.
c.       kelompok yang ingkar dan berpaling, mereka ini kafir terhadap agama beliau.
Adapun kelompok pertama seperti Al-Abbas bin Abdul Mutholib dan Hamzah bin Abdul Mutholib. Hamzah lebih afdhal  dari pada Abbas, karena beliau dijuluki sebagai syuhada’ yang terbaik disisi Allah Azza Wa Jalla, dan Rasululloh memberinya gelar asadullah dan asudarasuluhu ( singa Allah dan rasulnya ) ( 1 ).beliau terbunuh pada perang ubud di tahhun kedua hijriyah ( 2 ).
Adapun yang mendukung serta menolong nabi juga dalam kekafiran, seperti Abu tholib dia telah bersikap baik terhadap Rasulullah serta membela dan mendukung tetapi Alloh sudah menyiapkan adzab untuknya. Abu Tholib tidak memeluk islam sampai akhir hidupnya. Di detik–detik terakhir ia tetap enggan masuk islam dan ia meninggal dengan pernyataan bahwa ia berada di atas agamanya Abdul Mutholib (3 ). Kemudian Rasululloh memintakan syafaat untuknya ( untuk meringankan adzab) hingga diadzab di naar dengan cara dipakaikan sandal lalu menggelegak isi otaknya. ( 4 ).




2.3 Faedah Surat Al-Lahab
Ø  Allah telah menetapkan akan kebinasaan Abu Lahab dan membatalkan tipu daya yang ia perbuat pada Rasul-Nya.
Ø  Hubungan kekeluargaan dapat bermanfaat jika itu dibangun di atas keimanan. Lihatlah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Abu Lahab punya kedekatan dalam kekerabatan, namun hal itu tidak bermanfaat bagi Abu Lahab karena ia tidak beriman.
Ø  Anak merupakan hasil usaha orang tua sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya anak adalah hasil jerih payah orang tua.” (HR. An Nasai no. 4452, Ibnu Majah no. 2137,  Ahmad 6/31. Syaikh Al Albani katakan bahwa hadits ini shahih). Jadi apa pun amalan yang dilakukan oleh anak baik shalat, puasa dan amalan lainnya, orang tua pun akan memperoleh hasilnya.
Ø  Tidak bermanfaatnya harta dan keturunan bagi orang yang tidak beriman, namun sebenarnya harta dan keturunan dapat membawa manfaat jika seseorang itu beriman.
Ø  Mendengar berita neraka dan siksaan di dalamnya seharusnya membuat seseorang takut pada Allah dan takut mendurhakai-Nya sehingga ia pun takut akan maksiat.
Ø  Bahaya saling tolong menolong dalam kejelekan sebagaimana dapat dilihat dari kisah Ummu Jamil yang membantu suaminya untuk menyakiti Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ø  Akibat dosa namimah, yaitu menyulut api permusuhan sehingga diancam akan disiksa dengan dikalungkan tali sabut dari api neraka.
Ø  Siksaan pedih akibat menyakiti seorang Nabi.
Ø  Terlarang menyakiti seorang mukmin secara mutlak.
Ø  Setiap Nabi dan orang yang mengajak pada kebaikan pasti akan mendapat cobaan dari orang yang tidak suka pada dakwahnya. Inilah sunnatullah yang mesti dijalani dan butuh kesabaran.
Ø  Akibat jelek karena infaq dalam kejelekan dan permusuhan.
Ø  Benarnya nubuwwah (kenabian) Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ø  Ummu Jamil dan Abu Lahab mati dalam keadaan kafir secara lahir dan batin, mereka akan kekal dalam neraka.
Ø  Tidak boleh memakai nama dengan bentuk penghambaan kepada selain Allah, karena Abu Lahab disebut dalam ayat ini tidak menggunakan nama aslinya yaitu Abdul Uzza (hamba Uzza). Padahal Al Qur’an biasa jika menyebut nama orang akan disebut nama aslinya. Maka ini menunjukkan terlarangnya model nama semacam ini karena mengandung penghambaan kepada selain Allah. (Ahkamul Quran, Al Jashshosh, 9/175)
Ø  Nama asli (seperti Muhammad) itu lebih mulia daripada nama kunyah (nama dengan Abu ... dan Ummu ...). Alasannya karena dalam ayat ini demi menghinakan Abu Lahab, ia tidak disebut dengan nama aslinya namun dengan nama kunyahnya. Sedangkan para Nabi dalam Al Quran selalu disebut dengan nama aslinya (seperti Muhammad) dan tidak pernah mereka dipanggil dengan nama kunyahnya. (Ahkamul Quran, Ibnul ‘Arobi, 8/145)
Ø  Kedudukan mulia yang dimiliki Abu Lahab dan istrinya tidak bermanfaat di akhirat. Ini berarti kedudukan mulia tidak bermanfaat bagi seseorang di akhirat kelak kecuali jika ia memiliki keimanan yang benar.
Ø  Imam Asy Syafi’i menyebutkan bahwa pernikahan sesama orang musyrik itu sah, karena dalam ayat ini Ummu Jamil dipanggil dengan “imro-ah” (artinya: istrinya). Berarti pernikahan antara Ummu Jamil dan Abu Lahab yang sama-sama musyrik itu sah.




2.4 Isi Kandungan Surat Al-Lahab
Ayat pertama
تَّبَّتْ يَدَا أَبِيْ لَهْبٍ وَتَبَّ
“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa”
Abu Lahab adalah putranya Abdul Muththalib namanya Abdul ‘Uzza. Dinamakan Abu Lahab karena ia kelak akan masuk ke dalam neraka yang memiliki lahab (api yang bergejolak). Atas dasar inilah Allah subhanahu wata’ala menyebutnya dalam kitab-Nya Al Quran dengan kun-yahnya (yaitu nama/julukan yang diawali dengan Abu atau Ibnu, atau Ummu bagi perempuan), dan bukan dengan namanya. Juga karena ia lebih tenar dengan kun-yahnya. Dan juga karena namanya disandarkan kepada nama salah satu berhala pada zaman itu. Dia adalah salah satu paman Rasul yang paling besar permusuhannya kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam sejak dikumandangkannya dakwah mengajak beribadah hanya kepada Allah saja. Ayat ini turun sebagai bantahan kepadanya disaat menolak dan enggan untuk mengikuti seruan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.
Mungkin para pembaca bertanya-tanya, mengapa Allah hanya menyebutkan kedua tangannya saja yang akan binasa? Jawabannya adalah seperti yang telah dijelaskan dalam kitab tafsir Adhwa`ul Bayan, bahwa penyebutan tangan dalam ayat ini, masuk dalam kaidah penyebutan sebagian tetapi yang dimaksudkan adalah keseluruhannya. Hal ini diketahui dari lafazh setelahnya yaitu “Watabba” artinya: ia (Abu Lahab) telah binasa.
Dalam ayat ini, Allah subhanahu wata’ala memaksudkan penyebutan kebinasaan seseorang dengan mencukupkan penyebutannya pada kedua tangannya. Ya, karena memang kedua tanganlah yang mempunyai peran besar dalam mengganggu dan menyakiti Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.
Ayat kedua
مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ
“Tidaklah berfaedah (berguna) kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan”.
Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu menyebutkan: “Tatkala Rasulullah mengajak kaumnya untuk beribadah hanya kepada Allah saja dan meninggalkan sesembahan selain Allah, berkatalah Abu Lahab: “Jika apa yang dikatakan putra saudaraku (Rasulullah) adalah benar aku akan menebus diriku dari azab yang pedih pada hari kiamat dengan harta dan anak-anakku.” Maka turunlah firman Allah Ta’ala (artinya): “Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan” (Tafsir Ibnu Katsir)
Ketika vonis binasa telah disandangnya, maka tidak bermanfaat lagi apa yang telah diusahakannya dari harta-benda, anak istri, kedudukan, jabatan dan lain sebagainya dari perkara dunia ini. Allah subhanahu wata’ala menegaskan dalam firman-Nya (artinya): “Dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa.”
Ayat ketiga
سَيَصْلَى نَاراً ذَاتَ لَهَبٍ
“Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak.”
Kelak ia akan diliputi oleh api neraka dari segala sisinya
Ayat keempat
وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ
“Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar.”
Istri Abu Lahab merupakan salah satu tokoh wanita Quraisy. Namanya adalah Auraa’ bintu Harb bin Umayyah kunyahnya Ummu Jamil, saudara perempuannya Abu Sufyan (bapaknya Muawiyyah). Sebagaimana suaminya, ia juga merupakan wanita yang paling besar gangguan dan permusuhannya terhadap Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Ia dan suaminya bahu-membahu dalam permusuhan dan dosa. Ia curahkan segenap daya dan upayanya untuk mengganggu dan memusuhi beliau shalallahu ‘alaihi wasallam. Pernah ia membawa dahan yang penuh duri, lalu ia tebarkan di jalan yang sering dilalui oleh Rasulullah pada waktu malam, sehingga melukai beliau dan para shahabatnya.
Ketika mendengar turunnya ayat: “Telah celaka kedua tangan Abu Lahab.” Ia pun datang, sambil tangannya menggenggam batu, ia mencari-cari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam. Sementara beliau tengah duduk bersama Abu Bakr di dekat Ka’bah. Kemudian Allah subhanahu wata’ala menutup penglihatannya sehingga ia tidak bisa melihat kecuali Abu Bakr t saja. Maka ia pun bertanya, “Mana temanmu itu (Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam)? Telah sampai kepadaku bahwa dia telah mengejekku dengan syair. Demi Allah, seandainya aku menjumpainya, sungguh aku akan pukul mulutnya dengan batu ini. Ketahuilah, demi Allah aku sendiri juga pandai bersyair.” Kemudian iapun mengucapkan syair:
Orang tercela kami tentang
Urusan kami mengabaikannya
Dan agamanya kami tidak suka
Lalu ia pun pergi. Maka bertanya Abu Bakr, “Wahai Rasulullah, tidakkah engkau mengira bahwa dia melihatmu?” Kemudian beliau pun menjawab, “Dia tidak melihatku. Allah telah menutupi pengelihatannya.”
Maka terkumpullah di punggung wanita jahat ini dosa-dosa, seolah orang yang mengumpulkan kayu bakar yang telah mempersiapkan seutas tali di lehernya. Atau ayat ini bermakna pula di dalam neraka wanita ini membawa kayu bakar untuk menyiksa suaminya sambil melilitkan dilehernya seutas tali dari sabut. Sedangkan Ibnu ‘Abbas, Mujahid, Qatadah dan As-Sa’dy menafsirkan ayat ini dengan namimah. Maksudnya istri Abu Lahab profesinya sebagai tukang fitnah. Al-Imam Muhammad bin Sirin rahimahullah (salah seorang tokoh besar dan ulama` tabi’in) berkata: “Istrinya Abu Lahab memfitnah Rasulullah dan para sahabatnya kepada musyrikin.” (Fathul Bari dan Tafsir Ibnu Katsir)
Ayat kelima
فِيْ جِيْدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدَ
“Yang dilehernya ada tali dari sabut.”
Al-Imam Al-Faraby mengatakan: “Al-Masad adalah rantai yang ada di neraka, dan disebut juga tali dari sabut. (Fathul Bari)




2.5 Cara Membaca Al-Qur’an
تَّبَّتْ1 يَدَا أَ2بِيْ3 لَهْبٍ وَ4تَبَّ) 5۱( مَا أَ6غْنَى7 عَنْهُ8 مَا9لُهُ10 وَمَا11 كَسَب12۲( سَيَصْلَى13
 نَا14راً15 ذَا16تَ لَهَبٍ17۳( وَامْرَأَتُهُ18 حَمَّا19لَةَ 20الْحَطَبِ) 21٤(        فِيْ22 23جِيْدِهَا24
 25حَبْل26ٌ مِنْ27 مَسَد28َ) ٥(
Keterangan :
1.       Hams (berdesis). Hams ini memiliki huruf, diantaranya : ف,ج,ث,ه,ش,خ,ص,س,ك,ت
2.      Mad jaiz munfashil (مد جائز منفصل). Mad (panjang), jaiz (boleh), munfashil (terpisah). Disebut jaiz karena para ulama ahli qiro’ah berbeda pendapat tentang kadar panjangnya.
a.       القصر          : satu alif / dua harokat.
b.      التوسط         : satu setengah sampai dua alif (pertengahan) / tiga sampai empat harokat.
c.       الطول           : dua setengah sampai tiga alif / lima sampai enam alif.
Imam Ibn Katsir dan Imam Shushi membacanya dengan mad satu alif. Imam Qolun membacanya dengan satu setengah alif. Sedangkan Imam Hafs dari gurunya Imam ‘Ashim membacanya dengan mad dua sampai dua setengah alif ketika washol, dan ketika waqof hanya satu alif.
3.      Mad Thobi’I    (مد طبيعي) . Dikatakan thobi’I karena orang yang bertabi’at baik tidak akan membaca lebih atau kurang dari satu alif / dua harokat. Panjangnya satu alif / dua harokat. Hurufnya ada tiga ya’ (ي), wawu (و), alif (ا).  
(ي)  apabila huruf ya’ (ي) jatuh setelah harokat kasroh. Contoh : قيل.
(و)   apabila huruf wawu (و) jatuh setelah harokat dhomah. Contoh : يقول.
(ا)    apabila huruf alif (ا) jatuh setelah harokatt fathah. Contoh : قال.
4.      Idghom bigunnah (ادغام بغنة), artinya memasukkan dengan dengung. Huruf idghom ada empat, yaitu : و, م,  ن, ي.   Apabila ada nun mati atau tanwin bertemu dengan salah satu huruf tersebut, maka harus dibaca mendengung (sekedar satu alif) dan dimasukkan ke dalam huruf tersebut seolah-olah ada tasydid.
5.      Qolqolah qubro, qolqolah artinya memantul, sedangkan qubro adalah besar. Huruf-huruf qolqolah ada lima, yaitu :  .ق, ط, ب, ج, و Apabila ada salah satu huruf qolqolah berharokat sukun, sebagai ganti (‘iwadh) karena diwaqofkan, maka disebut qolqolah qubro. Adapun cara membacanya harus lebih jelas pantulannya.
6.      Mad jaiz munfashil (مد جائز منفصل).
7.      Mad thobi’I (مد طبيعي).
8.      Idhar halqi (اظهار حلقي). idhar artinya jelas, sedangkan halqi adalah tenggorokan. Hurufnya ada enam, yaitu : ء, ه, ح, خ, ع, غ. Bila ada nun mati atau tanwin bertemu dengan salah satu huruf idhar tersebut, maka harus dibaca terang atau jelas.
9.      Mad thobi’I (مد طبيعي).
10.  Mad shilah qoshiroh (مد صله قصيرة). Mad artinya panjang, shilah artinya hubungan, sedangkan qoshiroh adalah pendek. Apabila ada ha dhomir (kata ganti orang atau benda) yang huruf sebelum atau sesudahnya hidup (tidak dalam keadaan mati / tidak sukun), maka dibaca mad shilah qoshiroh. Kadar panjangnya satu alif atau dua harokat.
11.  Mad thobi’I (مد طبيعي).
12.  Qolqolah qubro.
13.  Mad thobi’I (مد طبيعي).
14.  Mad thobi’I (مد طبيعي).
15.  Ikhfa’ haqiqi (اخفاء). Ikhfa’ artinya samar-samar, sedangkan haqiqi adalah sebenarnya. Apabila ada nun mati atau tanwin bertemu dengan salah satu huruf ikhfa’, yaitu :
ت, ث, ج, د, ذ, ز, س, ش, ص, ض, ط, ظ, ف, ق, ك  maka harus dibaca mendengung sekedar satu alif.
16.  Mad thobi’I (مد طبيعي).
17.  Qolqolah qubro.
18.  Mad shilah qoshiroh (مد صله قصيرة).
19.  Gunnah (غنة), artinya mendengung. Apabila ada huruf nun atau mim bertasydid maka wajib dibaca dengan mendengung.
20.  Idhar qomariah (اظهار قمرية), idhar artinya jelas, sedangkan qomariah adalah rembulan. Apabila ada lam ta’rif / alif alam (), bertemu dengan salah satu huruf qomariah sehingga huruf () tetap terdengar dan cara membacanya harus jelas.
21.  Qolqolah qubro.
22.  Mad thobi’I (مد طبيعي).
23.  Mad thobi’I (مد طبيعي).
24.  Mad thobi’I (مد طبيعي).
25.  Qolqolah sugro. Qolqolah artinya memantul, sedangkan sugro adalah kecil. Apabila ada salah satu huruf qolqolah berharokat sukun asli (tidak karena diwaqofkan), maka disebut qolqolah sugro.
26.  Idghom bigunnah (ادغام بغنة).
27.  Idghom bigunnah (ادغام بغنة).
28.  Qolqolah qubro.

2 komentar:

  1. assalamualaikum,
    alhamdulillah, sangat bermanfaat dan membantu. syukran w jzkmllh khair.

    BalasHapus
  2. trimakasih banyak udah membantu dalam menyelesaikan tugas sekolah saya...

    BalasHapus